Guru Hebat,
PDBK Selamat !
Sembilan 9 mengikuti diklat GPK
bukanlah waktu lama bagi
saya dan teman-teman untuk bisa bercengkrama, bertukar pikiran ataupun diskusi
dengan para
narasumber dan fasilitator. Dibatasi dg jarak, waktu dan juga media yg membuat
kami kurang leluasa dalam mengeksplorasi. Apa daya, Covid-19 menjadikan diklat
ini dilakukan secara daring pada tahan pemahaman, dan mudah-mudahan nanti di
bulan Maret 2021 bisa dilaksanakan secara luring pada tahap penguasaan.
Banyak ilmu dan pengalaman
berharga yang saya dapatkan selama mengikuti bimtek GPK. Tak hanya teman baru
yang berprosesi sebagai guru yang berasal dari Aceh hingga Tuban dan
Trenggalek,
Jawa Timur, tapi juga narasumber yg sangat mumpuni dalam bidangnya dan juga
fasilitator dan moderator yang mampu
menghubungkan kami dalam satu forum dengan lokasi yang berbeda-beda secara
syncronus melalui aplikasi video conference bernama Zoom.
Hal yang sangat baru dan perdana
bagi saya mengenal istilah PDBK, ABK, Inklusif, SRA (Sekolah Ramah Anak).
Selama dibangku kuliah pun, saya belum pernah dapat materi tentang hal ini
meskipun jurusan kuliah saya adalah Pendidikan. Pernah mengikuti Diklat PLPG
selama 10 hari pun, saya tidak mendapatkan materi terkait hal ini padahal salah
satu kompetensi seorang guru adalah
kompetensi pedagogik dimana seorang guru harus memahami betul karakter, sifat
dan juga perilaku peserta dengan baik.
Alasan tersebut yang menggugah
hati saya untuk ingin tahu, dan memberanikan diri meminta ijin kepala sekolah
dan kemudian mendaftar Bimtek GPK pada Laman SIM-PKB. Sempat terbesit dalam
hati, jika lolos Tuhan mengizinkan saya untuk belajar dan menambah pengetahuan
saya, dan jika tidak lolos, mungkin bimtek ini diperuntukkan pada guru yang
khusus menangani siswa khusus, semisal Guru BK atau Guru Pendamping SLB (Shadow
Teacher).
Berasal dari latar belakang
pendidikan yang bukan pendidikan BK, Alhamdulillah saya dapat mengikuti
kegiatan Bimtek GPK dengan baik dan dapat menyelesaikan seluruh rangkaian
kegiatan literasi dan penugasan dengan
baik.
Saya semakin sadar bahwa tuhan
menciptakan manusia berbeda-beda, baik kondisi fisik, mental, perasaan dan juga
tingkah laku. Yang sering saya lihat selama ini adalah manusia yang normal,
siswa yang sama dalam segala hal, tidak ada kekurangan yang terlalu signifikan.
Materi berupa video pembelajaran,
literasi dan
juga paparan dari para narasumber membuat saya secara pribadi sadar bahwa ada komunitas
kecil disekitar kita yang punya hak yang sama dan tidak boleh diabaikan.
PDBK istilah yang sering kami
sebut dalam forum ilmiah ini. Mereka kelompok kecil yang butuh perhatian
khusus, kesabaran yang luar biasa dari
para GPK serta faktor pendukung lain yang menjadikan mereka dapat bertahan dalam
lingkungan umum untuk mendapatkan haknya dalam pendidikan.
Hardware, Software dan Brainware
sebagai tiang penyanggah para PDBK untuk bisa meraih mimpi-mimpinya. PDBK
punya rasa dan karsa, mereka tumbuh berkembang jiwa raganya seperti layaknya siswa reguler pada umumnya.
Proses pertumbuhan inilah yang perlu kita akomodir dengan menmpatkan mereka
sesuai dengan kebutuhannya dengan tetap dapat bersosialisasi dan belajar bersama
dengan siswa-siswa reguler. Disinilah Pendidikan Inklusif menjadi sarana
adaptif bagi para PDBK untuk bangkit, berjuang tanpa ada disikriminasi serta
eksplorasi diri untuk dapat mengembangkan keahlian yang dimiliki dan layak
untuk terjun ke dunia usaha dan industri.
Dan
akhirnya, GPK sebagai brainware bagi pendidikan inklusif punya peran yang penting
untuk menyelamatkan mereka, menyukseskan mereka menuju gerbang masa depan yang bermakna dan
diterima di masyarakat.
Salam GPK.
Muhammad Fathulloh Hasan, M.Pd